Pergi Yang Bukan Untuk Melupakan

Kegoncangan.. meski tak sedahsyat az-zalzalah, namun rasanya sudah hampir setengah mati, kiranya begitu. Meski bukan pertama kalinya atau bahkan menjadi yang terakhir kalinya. Malam itu saya mendengar seseorang mengatakan "begitulah hidup". Sial.. saya termakan ucapan sendiri, bahwa semua sudah tergantung takdir. Sangat dzolim jika saya membenci sebuah takdir, bahkan berniat menggugat tuhan.

Mimpi yang begitu buruk, tak ada niatan untuk tidur kembali jika akan di pertemukan dengan kondisi semacam itu. Perjalanan malam.. bukan.. ini bukan sebuah pengkaderan.. atau justru iya, namun tuhan lah yqng menjabat sebagai litbang. Saya merasa sangat konyol, bodoh, bahkan sangat tidak berguna. Apa yang bisa dilakukan perempuan itu selain menangis dan berbohong.

Bukan trauma, bukan depresi. Bahkan saya tidak percaya dengan itu, larut dalam kesedihan berlebih? tentu saja tidak, atau justru membiasakan? jelasnya bukan, karena tak lain berawal dari keterpaksaan.

Malam itu titik di mana tuhan terlihat sangat romantis, bahkan melebihi seluruh apa yang di ciptakan olehnya. Bukan perihal lirik lagu, suara merdu, apalagi pembahasan tentang cumbu. Andaikata saya paham akan sastra, sangat tidak keberatan ribuan puisi ku curahkan padanya. Hanya ycapan terimakasih yang bersenandung dalam hati, kiranya begitu. 

Tak sedikitpun pipi saya tertampar, apalagi dengan keras, justru terbelai lembut. Kurang adil rasanya.. bajingan ini di perlakukan lembut oleh pencipta alam semesta. Bahkan ibu sering mengatakan tentang syukur, hanya saja saya yang keras kepala. Tak terhitung siapa saja yang sudah mengingatkan, tetap saja saya menolak.

Tangis.. tawa.. tenang.. kemudian kembali berputar. Ya memang begitu.. tetap peduli, tuhan menciptakan hati dan pikiran. Tidak semua tindakan hanya menggunakan otak, logika, realistis. Perasaan yang membedakan manusia dengan robot, bahkan dengan mayat. Ada kalanya menguras, dan mengisi kembali kolam yang sudah kosong, bukan membiarkan nya penuh dengan sangat penuh.

Yaa.. memang benar, itu bukan nasehat hanya untuk saya saja, melainkan untuk dirinya juga. Bahkan sayapun akan mengamini dengan benar-benar khusyuk, bahwasanya pedang yang tajam saja masih harus memiliki tuan untuk dapat bergerak. Apalagi manusia yang hanya terbuat dari tanah.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Beda Wadah, Beda Pula Rasa

Random

Yang Katanya Sudah Modern, Tapi Masih Menyimpan Ritual-Ritual Mistis