Broken Chain


Berjalan dibawah rembulan, yang kebetulan malam ini sangat terang, saya juga melihat dirinya sedang tersenyum di atas sana. dalam perjalanan pulang kembali ke kamar ada satu harapan yang terlintas di pikiran saya, ya.. benar.. saya tidak ingin melihat orang di sekitar saya bersedih, atau setidak nya saya ingin membuat mereka lupa bahwa mereka punya lupa, yaa.. walaupun sementara. seringkali dikatakan dirimu cukup pandai membuat orang lain cerita, tertawa hingga lupa waktu. membahasa ke random an hidup yang memang perlu di tertawakan.

melihat 4 tahun terakhir saya jadi teringat, bahwa setiap pergantian tahun tak enak rasanya tanpa ada air mata, sedikit terasa seperti kutukan, karena saat orang orang merayakan kebahagiaan di awal tahun, justru saya sudah di sambut manis oleh tangisan. sebenarnya bukan hanya itu penyebab yang membuat saya lebih sering menertawakan rasa sakit atau kesedihan, tapi lebih kepada agar kita kuat. ya memang sedikit sok sok an kuat..

tapi pernah gak sih kalian itu di posisi bener bener membutuhkan telinga seseorang yang tepat untuk mendengarkan, mendengarkan keluhan.. mendengarkan kekesalan.. dll. namun yang kalian anggap orang tepat untuk diajak berbicara justru mengjudge bahwa kalian sedang menertawakan hidup, atau lebih tepatnya adu nasib.

yaa begitu, sama seperti yang saya rasakan. seringkali susah mencari pendengar yang baik, dan orang yang mampu memahami. dulu saat di awal smk saya benar-benar berada di posisi terpuruk dan down tanpa ada satu orang pun yang berempati dengan saya, orang tua, teman yang sok sok an mereka mengatakan dekat dengan saya, tapi semua hanya omong kosong. hingga saya berusaha bangkit sendiri dan menganggap itu semua adalah lelucon yang perlu di ketawakan. sampai berbulan bulan lamanya akhirnya saya bisa mengikhlaskan hal itu dan menemukan seorang teman, bahkan saya merasa sangat akrab dengan nya. tapi untuk menaruh kepercayaan sepertinya belum bisa sepenuhnya. dan benar ketika beberapa keluhan yang saya lontarkan, keresahan yang saya alami selama ini ternyata hanya dianggap lelucon, dan justru dirinya menganggap bahwa saya sedang mengadu nasib, padahal saya hanya ingin di dengar.

ohh iyaa saya jadi ingat quotes yang ada di Instagram, "susah ya jadi badut, biasanya menghibur, tapi pas sedih orang² gaada yang bisa menghibur".

dan mungkin semenjak saat itu saya jarang sekali, bahkan tidak pernah menceritakan bagaimana sebenarnya saya pada teman teman, yang di kelas, organisasi, tempat kerja haha hihi tapi bakal nangis kalau berada di posisi sendiri. waktu panjang dan akhirnya saya menemukan keluarga baru di SM, jauh lebih baik daripada kelas perkuliahan yang saya ikuti di ikom. tepatnya saat salah satu senior mengatakan, ini rumah mu, keluarga baru mu, dan setiap masalah yang kamu punya bisa kamu ungkap kan disini. seketika jantung saya langsung berdetak kencang, mendengar dirinya mengungkapkan hal seperti itu.

yang paling saya ingat saat diklat surabaya, pertama kalinya saya menangis dengan leluasa, bahkan sampai tidak mempedulikan keadaan sekitar. ibaratnya seperti mendapat sebuah tahta, hingga waktu dan tempat bisa di persilahkan untuk diri saya membuang sampah. karena cukup lama saya memendam tanpa bisa diungkapkan, ditambah masalah yang semakin hari datang menghajar tanpa ampun.

tapi akhir akhir ini saya kembali merasakan kekecewaan, sama seperti yang saya rasakan saat smk dulu. yang katanya apapun bisa di ceritakan dan diluapkan justru disini saya yang harus memahami orang orang sekitar, angkatan saya, senior saya, dan sekarang.. junior saya. tapi disini yang saya tanyakan kapan mereka mengerti saya, jikalau setiap saya merasa benar benar membuat telinga selalu saja dianggap sebagai sebuah lelucon atau kadang hanya dianggap sekedar adu nasib, bahkan rasanya saya trauma untuk menceritakan hal yang lebih spesifik. saya lebih memilih menceritakan hal random atau membahas perihal angkatan saja ketimbang mengeluhkan diri saya sendiri.

ya..memang jika saya mengutarakan ini pasti ada pertikaian, ada yang merasa tidak terima atau bahkan menganggap saya lemah atau baperan.. tapi diluar itu saya sudah membiasakan diri untuk bisa mendengar orang lain tanpa orang lain menanyakan balik pada saya.

tapi.. disini saya juga tidak menyalakan SM, senior atau bahkan angkatan saya, karena saat maba saya sudah diberikan ruang untuk cukup mengutarakan beberapa hal yang membuat saya terbebani, yaa.. walaupun tidak semuanya bisa menangkap hal itu dengan baik.

saya sayang dengan ibuk, bapak, dan orang terdekat saya. oleh karenanya saya selalu menanyakan kondisi mereka, memberikan perhatian, membuat mereka tertawa dengan ke absurd an saya, dan memberikan apapun yang saya punya, tak terlepas itu waktu dan materi.

sial.. awal tahun ini saya berhasil meneteskan air matanya lagi, mustahil jika tahun berikutnya keadaan makin membaik. jadi saya tidak menaruh harapan lebih, karena saya sadar bahwa semakin bertambahnya tahun semakin mengontol, dan nggateli.

jadi saya hanya berharap tetap bisa bermanfaat bagi orang lain, setidaknya meskipun itu cuma membuat mereka tertawa.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Beda Wadah, Beda Pula Rasa

Random

Yang Katanya Sudah Modern, Tapi Masih Menyimpan Ritual-Ritual Mistis